
Satu Keluarga di Gubeng Derita TB RO dan Disabilitas, JSC Tim Respon Kasus Dinsos Jatim Beri Penanganan Khusus
- 02 Agustus 2025
- 0 Like
- Dinsos Jatim
SURABAYA — Tiga anggota keluarga di Jalan Mojoklangru, Kelurahan Mojo, Kecamatan Gubeng, Surabaya, hidup dalam kondisi memprihatinkan. Dua di antaranya menderita Tuberkulosis Resistan Obat (TB RO), sementara satu lainnya adalah penyandang disabilitas tunanetra. JSC Tim Respon Kasus Dinsos Jatim langsung turun tangan memberikan pendampingan dan asesmen lanjutan, Minggu (2/8/2025).
Keluarga tersebut terdiri atas Jumiati (48), anaknya Aldi Bayu Setiawan (26), dan adiknya Heni Rahmawati (38). Baik Jumiati maupun Aldi dinyatakan positif TB RO, sementara Heni mengalami disabilitas penglihatan. Mereka tinggal bersama di rumah peninggalan keluarga yang sempit dan minim ventilasi, dengan luas hanya sekitar 3x8 meter.
Kondisi ekonomi keluarga juga sangat terbatas. Pendapatan sehari-hari hanya diperoleh dari hasil berjualan jajanan anak-anak di toko pracangan, dengan penghasilan paling banyak Rp10.000 per hari. Keadaan ini membuat akses pengobatan dan perawatan bagi Jumiati dan Aldi terhambat, sementara proses aktivasi BPJS Kesehatan masih berlangsung.
"Warga sekitar sempat menyampaikan kekhawatiran karena penyakit TB RO bersifat menular, apalagi tempat tinggal mereka sangat padat," ujar petugas Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dari Kecamatan Gubeng yang menjadi sumber informasi awal.
Dalam asesmennya, JSC Tim Respon Kasus mencatat bahwa ketiganya jarang berinteraksi dengan warga karena merasa malu dengan kondisi kesehatan dan ekonomi mereka. Jumiati menyampaikan keinginan untuk pulang ke rumah suaminya di Jember, namun masih terbebani karena harus merawat adiknya yang disabilitas.
“Bu Jumiati berharap adiknya, Heni, bisa ditempatkan di shelter agar bisa mendapatkan pendampingan dan beraktivitas lebih mandiri. Sementara ia dan anaknya berharap bisa menjalani pengobatan TB RO secara rutin,” terang JSC Tim Respon Kasus, Nursoleh.
Dengan demikian, pihaknya sedang mengupayakan pemenuhan kebutuhan dasar, fasilitasi layanan kesehatan lanjutan, serta opsi penempatan di shelter bagi penyandang disabilitas. Keluarga ini sangat rentan, baik secara kesehatan maupun sosial, sehingga harus mendapatkan penanganan komprehensif.(nur/qal)