Dinsos Jatim Pulangkan Lima Anak Terlantar Korban Penipuan Lowongan Kerja dan Kekerasan

  • 18 Juli 2025
  • 8 Like
  • Dinsos Jatim

SURABAYA – Dinas Sosial (Dinsos) Jawa Timur melalui layanan Jatim Sosial Care (JSC) memfasilitasi pemulangan lima anak terlantar ke kampung halamannya masing-masing, Kamis (17/7/2025), setelah mereka menjadi korban penipuan bermodus tawaran pekerjaan. Empat anak di antaranya merupakan remaja putus sekolah asal Jakarta Barat yang tertipu lowongan kerja sebagai Anak Buah Kapal (ABK) di Probolinggo, sementara satu lainnya adalah korban kekerasan yang dirujuk dari Bali.

Empat dari lima anak tersebut, yakni MA (15), AF (16), S (15), dan YR (16), merupakan remaja putus sekolah asal Jakarta Barat yang nekat merantau ke Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, setelah tergiur tawaran kerja sebagai Anak Buah Kapal (ABK) yang mereka temukan melalui situs marketplace OLX. Dengan modal Rp 900 ribu untuk ongkos travel, mereka mengejar iming-iming gaji Rp 4,5 juta.

Namun sesampainya di Probolinggo, mereka ditolak lantaran masih di bawah umur. Situasi semakin memburuk setelah salah satu dari mereka, YR, kehilangan ponsel dan fotokopi Kartu Keluarga yang dijadikan jaminan oleh agen. Mereka pun melarikan diri dan mencari perlindungan ke kantor polisi setempat.

"Ponsel saya dan fotokopi KK itu dijadikan jaminan karena kami tidak punya uang untuk bayar travel. Kami takut dan kabur, sampai ninggalin tas di kantor itu dan mencari bantuan ke polisi," ungkap YR.

Kasus ini kemudian ditangani berjenjang, mulai dari kepolisian, Dinsos Kabupaten Probolinggo, hingga akhirnya dirujuk ke Dinsos Jatim. Karena para anak ini berasal dari DKI Jakarta, Dinsos Jatim memutuskan untuk memulangkan mereka ke Jakarta dengan pendampingan penuh dari tim JSC.

Selain empat remaja tersebut, Dinsos Jatim juga mendampingi pemulangan seorang anak terlantar lainnya berinisial OA (17), asal Palembang. OA merupakan rujukan dari Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Provinsi Bali. Ia menjadi korban penipuan dan kekerasan oleh seorang pria yang dikenalnya melalui media sosial.

Sebelumnya, OA menerima uang Rp 1,5 juta dari pelaku untuk ongkos ke Bali. Namun setibanya di sana, ia justru ditelantarkan dan mengalami kekerasan fisik serta seksual oleh pelaku di sebuah gedung kosong.

"Dari sana kontak saya diblokir. Saya terlantar lima hari di terminal, lalu memilih lapor ke polisi dan akhirnya dibawa ke Dinsos," tutur OA.

Namun, proses pemulangan tidak sepenuhnya berjalan mulus. YR, salah satu dari empat remaja asal Jakarta Barat, sempat kabur dari rombongan saat perjalanan. Ia memilih pulang sendiri ke Jakarta hanya dengan uang Rp 20 ribu yang dipinjam dari temannya.

Tim JSC kemudian menyampaikan permohonan maaf kepada ayah YR yang sudah menunggu di kantor Dinsos DKI Jakarta. Namun sang ayah menanggapi dengan tenang, "Sudah biasa dia seperti ini, dua hari lagi mungkin sudah kembali ke rumah," ujarnya. Tak lama berselang, tim mendapat kabar bahwa YR telah kembali ke rumah dan berkumpul dengan keluarganya.

Kepala Dinsos Jatim Dra. Restu Novi Widiani, MM, menegaskan pentingnya pendampingan berkelanjutan terhadap para anak yang menjadi korban.

"Anak-anak ini butuh pendampingan karena mereka masih rentan dan menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO, Red). Kami berharap keluarga dan semua pihak dapat benar-benar memberi perhatian agar masa depan mereka tidak terputus di tengah jalan," pungkas Novi.(qal)

Share the post