
Suharto, Sang Legenda Balap Sepeda Indonesia yang Kini Menemukan Damai di UPT PSTW Pasuruan
- 27 Juni 2025
- 2 Like
- Dinsos Jatim
PASURUAN — Di usia senjanya, Suharto tak lagi memacu pedal di lintasan balap, namun kenangan akan kejayaannya masih berderu kencang di dalam hati. Atlet balap sepeda asal Surabaya ini adalah bagian dari sejarah gemilang olahraga Indonesia, peraih dua medali emas SEA Games 1979 di Malaysia. Kini, pria berusia 74 tahun itu menjalani hari-hari damainya di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Tresna Werdha (UPT PSTW) Pasuruan, Dinas Sosial (Dinsos) Jatim.
Dengan suara lembut namun penuh semangat, Suharto mengenang detik-detik emas yang tak terlupakan. "Saya juara satu di Team Time Trial 100 kilometer. Suara penonton di Malaysia dan sorakan kemenangan masih terdengar di telinga saya," katanya dengan mata menerawang ke masa lalu.
Ia membawa Indonesia berjaya, menumbangkan tim tangguh dari Malaysia dan Thailand. Bahkan sebelum itu, pada SEA Games 1977 di Thailand, Suharto sudah mengharumkan nama bangsa dengan dua medali perak dari nomor jalan raya beregu dan perorangan.
Namun karier Suharto tak melulu mulus. Ia pernah mencicipi kerasnya persaingan dunia di Olimpiade 1978 di Montreal, Jerman. Sayangnya, sebuah kecelakaan saat berlomba membuatnya gagal meraih podium. Tapi tahun yang sama, ia membuktikan diri dengan merebut juara tiga di Open Tournament China.
Suharto pensiun sebagai atlet pada tahun 1981. Kehidupan pasca kejayaan tidak seindah bayangan. Demi menyambung hidup, ia menjadi tukang becak di Surabaya dan bahkan sempat menjadi pemulung di Gresik.
Namun tak disangka, di tengah kerasnya hidup, ia bertemu sosok yang menjadi titik balik hidupnya, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa. “Saya sedang cari rongsokan, dan tiba-tiba ketemu Bu Khofifah. Beliau kasih bantuan, sembako, uang tunai, bahkan handphone. Saya sangat bersyukur. Seperti itulah Ibu Khofifah, perhatian kepada rakyat kecil seperti saya,” ungkapnha.
Kini, Suharto tinggal di UPT PSTW Pasuruan, tempat yang ia sebut sebagai rumah penuh saudara. Ia tak lagi memiliki istri karena sang istri telah wafat, dan anaknya tinggal di Tuban.
"Rasa kangen kepada anak pasti ada. Tapi kalau mereka tidak kangen, ya tidak masalah. Itu tidak bisa dipaksa," ucap Suharto lirih namun ikhlas.
Meski sendiri, Suharto merasa tidak kesepian. Menurutnya saudara di UPT PSTW Pasuruan sangat baik dan menghargai saya.
"Semua di sini (UPT PSTW Pasuruan, Red) sangat baik. Saya merasa dihargai dan diperhatikan. Saya menikmati sekali tinggal di sini,” tuturnya dengan senyum tenang.
Menutup kisahnya, Suharto menyampaikan pesan penuh makna bagi generasi muda: “Kejar cita-cita kalian. Tapi ingat, saat sudah sukses, jangan sampai terjatuh seperti saya. Jaga dan manfaatkan masa kejayaan itu dengan bijak," tutupnya.(qal)